sekelumit cerita tentang ujian

Waktu ujian dimulai lagi… aku periksa kembali jadwal mata pelajaranku… Oh, tidak!!! Aku kan belum belajar!!! Aku periksa lagi komponen penilaianku. Pertama absensi, setelah kuhitung ternyata tak lebih hanya 30% dari 100% kehadiran yang diwajibkan. Aku pun mulai cemas, kemudian kuperiksa mengenai nilai kuisku. Harapanku pun mulai pupus, nilai terbaikku hanya 55!! Lalu aku menangis, menyadari kalau aku pasti takkan lulus… Aku mengingat lagi apa saja yang pernah kulakukan sebelum ujian ini… Oh, aku terlalu sibuk sendiri, aku hanya cenderung memperhatikan pandaku… aku tak ingat dengan pelajaran apa pun, aku tak acuh dengan hari kelulusan yang kian mendekat… aku tak ingat nilai harianku yang buruk… aku tak ingat dengan kehadiranku ke sekolah, untuk mengikuti pelajaran, kewajibanku sebagai seorang pelajar!

Sekedar informasi, sekolah kehidupan merupakan sekolah yang cukup keras dalam mendidik para pelajarnya. Siapa yang tidak sungguh-sungguh menjalaninya tentu saja kau tak akan lulus. Ketidaklulusan mungkin bukan hal yang menakutkan bagi sebagian orang. Namun ada satu hal yang mengganjal mengenai masalah ketidaklulusan di sekolah kehidupan. Ketika kau tidak lulus, maka kau tidak akan bisa kembali menjalani pelajaran di sekolah yang sama. Kau akan dilempar ke sekolah yang ….. (huhhh.. membayangkannya saja mungkin kau takkan sanggup..) Yang jelas, ketika kau tidak memiliki nilai yang cukup baik sehingga menyebabkanmu gagal dan tidak lulus dari sekolah kehidupan, maka kau akan mengalami hari yang sangat berat dan penuh siksaan di sekolah neraka. Ada yang meyakini, bahwa sekolah neraka hanya persinggahan untuk membayar segala konsekuensi dari nilai burukmu selama di sekolah kehidupan. Ada pula yang meyakini ketika kau masuk ke sana maka kau tak kan pernah bisa lepas selamanya. Mana yang benar? Ah, aku pun tak tahu… Aku pun hanya bisa berharap-harap cemas akan nilai raporku dan kelulusanku kelak.

Lalu apa upayaku sekarang? Yah, aku harus kembali menjalani hari-hariku di sekolah kehidupan dengan sedikit waktu yang tersisa. Kemarin yang lalu, aku baru saja mendapat kuis. Sejenis ujian kecil, yang sama sekali tidak kecil bagiku. Aku hampir sama sekali tidak bisa mengerjakannya dengan baik, atau memang aku sama sekali tak dapat mengerjakannya. Pada kuis-kuis terdahulu tentang pelajaran yang sama, aku pun tak begitu mendapatkan nilai yang baik. Tapi saat ini berbeda, karena saat ini aku begitu menyukai pelajaran ini, aku baru saja memulai untuk menikmati pelajaranku. Bahkan baru pada kelas ini aku begitu yakin pasti akan mendapatkan nilai yang baik yang membantu kelulusanku kelak. Ternyata aku tak menyadari kelalaianku, kau tak sadar ternyata aku banyak melakukan kesalahan dalam pelajaran ini, pelajaran yang ku kira mulai ku mengerti.

Jujur saja, ketika mengerjakan kuis itu aku sama sekali tak tahu harus menjawab dengan apa. Otakku tak mampu berpikir. Kadang ketika otak ini tak mampu lagi berpikir, aku mencoba untuk menemukan jawaban dari soal pilihan itu dengan naluri. Naluri, insting, nurani, kata hati, atau apa pun itu. Memang jawaban berdasarkan naluri itu jarang sekali menghasilkan pilihan yang benar, tapi tidak sedikit juga jawaban dari naluri itu salah sama sekali. Tak bisa berpikir, ditambah naluri yang kurang dapat diandalkan hingga menghasilkan nilai yang tak kalah buruknya?? Sial sekali rasanya… Tapi, apa mau dikata?? Mau tak mau semua harus dijalani. Mau tak mau semua harus dihadapi. Entah jawabannya benar atau salah, nilainya baik atau buruk, tetap saja hari kelulusan pasti akan segera tiba!

0 Response to "sekelumit cerita tentang ujian"

Post a Comment