Antara Mandiri dan Sendiri

Belakangan gw sering mikirin makna kata antara "Mandiri dan Sendiri"
Jangan tanya kenapa... Gw emang orangnya senang berkontemplasi (tsailah..gaya deh gw) :p
Yah, gw suka merenung (kalo ga mau dibilang ngelamun ato bengong) hahaha
 
Dalam renungan gw banyak banget hal yg gw pikirin... mulai dari yang ga penting sampe hal yang ga penting... dari sekadar menghayal sampeeee~~ ketiduran.... hehehe :p
 
ah, udah ah.. kebanyakan garingnya nanti lupa mau nulis apa...
 
jadi ya, gw mikir.. gw kan anak tunggal nih ya... (bangga bener jadi anak tunggal)
oh, well.. bukan bangganya sih.. tapi setelah dipikir2, karena keadaan gw sebagai anak tunggal ini gw memang mau ga mau menghadapi segala sesuatunya sendiri... nah, terus gw jadi mikir deh... sebenernya dengan biasa mengerjakan apa-apa sendiri apa gw bisa dianggap mandiri?
 
yah, berkaca lagi sama pengalaman masa kecil gw... sebelum dan sesudah ditinggal ayah, emang ga bisa dipungkiri kalo rasanya ada yg berbeda dengan kesendirian gw... setelah ayah ga ada, mau ga mau emang gw jadi beneran sering sendiri... ya, abis gimana dong? ah, sutra lah... apapun yg gw alami dan lalui, itu bikin versi gw yang lebih kuat kok... emang sih, gw cuma kuat di luarnya doang, di dalemnya sering melempem juga...
 
Gw bersyukur sama Allah atas  segala apa yang udah gw lalui selama ini... kalo gw ga pernah dipaksa sendirian, gw mungkin ga bisa belajar jadi mandiri...
 
Ehm, sebelum  lebih jaut kita liat dulu deh definisi yg benernya..
 
 
 
Sendiri erat kaitannya dengan Mandiri... Gw ga boleh menyebut diri gw mandiri jika gw bergantung pada orang lain...
 
Dalam pemikiran naif, semestinya mandiri itu hal yang baik dan positif... Tapi selayaknya dunia yang penuh warna, tentunya satu kata senantiasa bisa memliki berjuta interpretasi yang berbeda bagi setiap orang...
 
ah, tuh kan gw makin ngelantur...
 
Omong-omong soal mandiri, gw juga banyak terinspirasi dengan orang-orang di sekitar gw... entah kenapa emang gw selalu dikelilingi sama perempuan-perempuan yang mandiri, tangguh... yah, girl power banget gitu lah pokoknya... Gw bangga bisa dikelilingi mereka... Mereka semua adalah keluarga dan sahabat-sahabat gw... Bukti nyata kalo perempuan itu dikaruniai Allah dengan berkah hati yang sedemikian kuatnya...
 
Kalo boleh sedikit baik dengan menghibur diri gw sendiri, gw pikir gw orang yg cukup mandiri kok.. yah, ga bisa gw pungkiri kalo gw juga bergantung pada orang terdekat gw... Tapi most of the time gw merasa gw cukup bisa menghadapi masalah sendiri, walaupun tanpa dibantu mereka... tentunya ga lepas dari bantuan doa orang tua dan ridho Allah... hahaha.. kalo kaya gitu gw bisa dibilang mandiri ngga ya?
 
kalo menurut temen-temen, gimana? kasi feedback dong, biar gw tau kalo gw mandiri beneran ato cuman perasaan gw aja yg bilang gw mandiri... hahaha
 
thanks in advance buat yang berbaik hati sudi rela memberi feedback.. *peluk kecup*
 


Ketika Cinta Harus Memilih


Disclaimer: Judul di atas sama sekali tidak ditujukan dalam asosiasi hubungan percintaan yang pernah Lala alami... tapi lebih kepada hubungan keluarga... Cerita ini sekedar curahan hati seorang bridezilla yang sedang amat sangat melankolis... hanya berharap bahwa tulisan ini akan setidaknya melegakan perasaan dan pikiran saja... mohon dimaklumi... :)

.......................................................

Setelah Ayah meninggal, Lala putus kontak sama keluarga almarhum Ayah...

Hidup yang Lala tahu cuma fokus belajar biar ga bikin Ayah malu/ sedih dan ga bikin Ibu semakin susah dengan keadaan kami...

Lala cerita ini bukan karena Lala mau banggain kisah sedih Lala yang ga indah juga buat diceritain.. Ngga juga menghamba minta dikasihani... Kalo ditanya moral of the story-nya jujur Lala pun ga tahu... Yang Lala tahu cuma terus usaha jalanin hidup dengan segala upaya sebaik mungkin walau apapun yang terjadi... Intinya, life goes on... Lala nulis ini hanya ingin belajar merefleksikan diri... Menjalani proses pembelajaran hidup yang tak pernah berhenti...

Ga bs dipungkiri betapapun pasang surutnya hidup dan hubungan kami sebagai Ibu dan anak...Sedalam apapun rasa kecewa Lala sama Ibu tetep aja ga bisa dipungkiri bahwa dia adalah Ibu kandung Lala, yang melahirkan Lala dan membesarkan Lala selama ini…

Lala ingat ketika kami cuma cukup uang buat beli sepiring nasi goreng pun dia relain buat Lala, dia rela cuma makan sedikit sampe dia kurus, sampe dia waktu itu sakit yang menyebabkan sebelah payudaranya diangkat.. Ketika Ibu dioperasi pun Lala ga bs nemenin karena ujian... Jujur, sebenernya Lala sedih... Tapi memang dasarnya kita berdua gede gengsi, jadi kita berdua tetap sok tegar..

Seberapapun sering bertengkar hebatnya Lala sama Ibu, tapi sejauh yang Lala inget dia selalu berkorban sangat amat banyak buat Lala... Malam ini disaat beberapa hari lagi Lala akan menikah Lala sadar betapa durhakanya Lala selama ini... Betapa Lala masih ga bs bales apa2 buat pengorbanan Ibu... betapa Lala belum bisa bikin dia bahagia...

Lala baru kenal keluarga Ayah lagi saat 2004… Saat di tahun awal Lala kuliah di ilmu perpustakaan dan informasi UI...

Saat itu Ibu mungkin belum siap... Lala pun ga tahu apakah sesungguhnya Lala juga siap… Tapi Lala percaya bahwa Allah YangMahaTahu kapan waktu yang tepat untuk mempersiapkan kami untuk kembali menjalin silaturahim yang sempat terputus ini... Lala ga inget dan ga mau tahu alasan apa yang pernah terjadi hingga hubungan itu sempat merenggang... Yang Lala tahu, ini waktu Lala untuk lebih lela legawa menerima keluarga baru, orang2 yang dekat dihati Ayah dan patut Lala sayangi dan hormati…

Setelah itu terlihat jelas bahwa perlahan Ibu terlihat merelakan Lala biar kembali dekat dengan orang2 yang insyaAllah mencintai Lala karena kecintaan mereka yang ga pernah habis terhadap sosok Ayah... Setiap lebaran Lala diizinkan untuk merayakan lebih dulu dengan keluarga Ayah... betapapun ketika dipikirkan ulang berkali-kali, orang yang semestinya Lala mintakan maaf saat Hari Raya adalah Ibu…Dengan besar hati Ibu bilang "Mereka keluargamu, keluarga dari Ayahmu, kamu harus baik sama mereka… Ibu udah menjadi oranglain karena Ayah udah ga ada, tugas dan tanggung jawab Ibu hanya ngebesarin kamu..."

Betapapun keras dan hebatnya pertengkaran kami, betapapun kadang Lala amat membencinya, tapi Lala yakin dan percaya bahwa jauh di lubuk hatinya Ibu adalah orang yang baik... "Gapapa, kamu udah tiap hari sama Ibu, kamu cuma setahun sekali sama keluarga Ayah..." itu ucapan Ibu ketika membesarkan hati Lala saat dicemooh orang kenapa Lala ga berlebaran sama Ibu…

Lebaran demi lebaran pun berlalu... Dan tahun ini adalah lebaran ke-9 setelah Lala memulai kembali hubungan dengan keluarga Ayah... Di lebaran ini Lala datang bersilaturahmi bersama Budi... Lala kenalkan lelaki pilihan Lala ke sanak saudara di Bandung... Memohon maaf, pengampunan, sekaligus do'a dan restu agar pernikahan kami kelak menjadi berkah agar dapat menjadi keluarga sakinah yang langgeng berjodoh hingga maut memisahkan..

Dan di saat itulah Lala dihadapkan pada situasi yang membuat Lala sedih... Situasi dimana Lala salah karena harus memilih cinta... Dimana sesungguhnya mereka semua Lala cintai.. Lala sadar Lala tidak dapat membahagiakan semua orang... Lala sadar Lala salah... kalaulah ada cara yang tepat hingga dapat membuat Lala dimaafkan tentu segalanya akan Lala upayakan.. Namun entah apa akan dapat cukup berarti mengobati luka..

Lala mohon ampun dan mohon maaf.. Maaf karena telah menyakiti dan mengecewakan Tante khususnya dan keluarga besar Ayah pada umumnya sebagai orang2 yang tulus ingin membantu Lala.. Maaf jika Lala akhirnya memilih untuk menuruti Ibu untuk mengadakan lamaran di rumah Uwa, kakak dari Ibu...

Ibu merasa bahwa ini adalah salah satu tugasnya sebagai orang tua, yakni menikahkan Lala... Maka dengan seadanya dan semampunya Ibu ingin berusaha untuk menikahkan Lala... Sungguh berat dan sedihnya Lala untuk memilih... Meskipun mungkin jika seandainya lamaran Lala diadakan di tempat Tante, tentunya Lala pasti tidak akan kerepotan... Tapi ketika Lala coba untuk mengingat setiap jerih payah Ibu selama ini dan ketika Budi mengingatkan bahwa ridho orang tua adalah syarat mutlak untuk keberkahan hidup, maka Lala terpaksa membuat Tante kecewa, sekalipun sesungguhnya Lala sama sekali ga bermaksud demikian.. Sama sekali ga terbersit untuk menyakiti siapapun untuk hari bahagia Lala...

Malah sebenarnya pada awalnya Lala berencana ingin berusaha untuk adil dengan cara menyelenggarakan lamaran sesuai keinginan Ibu dan mengadakan pengajian sebelum pernikahan di tempat Tante... Tapi kenyataannya tidak seindah rencana Lala... Kenyataannya Lala sadar kalau Tante pun memiliki banyak sekali kesibukan dan kegiatan lainnya... Kenyataannya sulit sekali untuk mengatur waktu agar bisa menghubungi Tante di saat yang tepat… Saat keadaan Tante mungkin sedang tidak kelelahan karena habis mengawasi tukang seharian ataupun karena habis rapat & pengajian... Saat Lala bisa memberikan kabar yang bahagia agar ga ikut bikin Tante atau orang yang mendengar cerita Lala ga ikut sedih, pusing, atau kepikiran soal keadaan Lala... Lala pengen bener-bener mandiri, dan ketika harus berbagi biar cuma bahagianya aja yang perlu dibagi... Betapa Lala sesungguhnya kagum sama kegiatan Tante dan ga berani untuk menyela waktu Tante...

Lala sadar Lala salah, Lala sudah menyakiti, Lala sudah mengecewakan... Tapi sekali lagi Lala mohon maaf yang sebesar-besarnya... Lala dan Budi bertekad ga pengen membuat siapapun jadi susah demi kami... Lala & Budi sadar bahwa ini adalah ujian kami berdua, acara kami berdua, maka sepantasnya kami berdua pulalah yang berusaha menyelesaikan tiap kendalanya... Kami berdua bertekad tidak ingin menyulitkan orang lain... Walau tentunya kami berdua pun tidak memungkiri dan tidak munafik serta selalu senang hati jika ada yang membantu.. Tapi kami berdua berusaha sebisa mungkin agar tidak mengganggu atau mengusik dengan meminta pertolongan... Lala tahu pasti akan terdengar klise… Tapi dengan latar belakang Lala & budi yang memang terbiasa menjadi sandaran keluarga, menjadi orang yang dipercaya bisa menghadapi masalah sendiri (karena Lala anak tunggal & Budi pun cowo satu2nya) maka Lala & Budi pun pengennya bisa sama2 belajar untuk menghadapi ini semua meskipun ga jarang menyebabkan kami jadi bersitegang...

Lala pribadi sama sekali ga ingin membuat diri Lala merasa benar dengan langkah yang udah Lala lakuin yang secara ga langsung membuat keluarga Ayah kecewa... Oleh karena itu Lala ingin minta maaf sekali lagi... Lala cuma pengen membuat Ibu bahagia di antara beratus juta dosa dan kecewa yang selalu Lala perbuat kepada Ibu hingga Lala bisa tumbuh sebesar ini...

Lala ga bisa membuat semua orang bahagia... ga bisa membuat semua orang senang dengan Lala secara pribadi maupun atas segala sifat dan tindakan yang Lala lakukan… Lala ga bisa menuntut semua orang untuk mengerti dan paham keadaan Lala… Lala hanya bisa mendoakan semoga Allah memberikan rezeki dan keberkahan senantiasa tercurah kepada seluruh keluarga, kerabat dan sanak saudara tanpa terkecuali yang telah memberi doa dan restu untuk Lala & Budi... Aamiin

Sampai detik ini ketika Lala nulis curahan hati Lala ini Lala sama sekali tidak merasa jadi anak yang udah bisa membanggakan dan membahagiakan kedua orang tua khususnya atau keluarga dan kerabat secara umum...

Lala tetaplah Lala, yang rela dan senang hati menjadi badut & bulan2an agar orang senang di dekat Lala... Tetap seorang manusia naif yang masih perlu belajar banyak hal dalam hidup…

Semoga ujian ini menjadi pembelajaran yang baik dalam hidup… :)