Disclaimer: Judul di atas sama sekali tidak
ditujukan dalam asosiasi hubungan percintaan yang pernah Lala alami... tapi
lebih kepada hubungan keluarga... Cerita ini sekedar curahan hati seorang bridezilla
yang sedang amat sangat melankolis... hanya berharap bahwa tulisan ini akan setidaknya melegakan perasaan dan pikiran saja... mohon dimaklumi... :)
.......................................................
Setelah Ayah meninggal, Lala putus kontak sama
keluarga almarhum Ayah...
Hidup yang Lala tahu cuma fokus belajar biar ga
bikin Ayah malu/ sedih dan ga bikin Ibu semakin susah dengan keadaan kami...
Lala cerita ini bukan karena Lala mau banggain
kisah sedih Lala yang ga indah juga buat diceritain.. Ngga juga menghamba minta dikasihani... Kalo ditanya moral of the
story-nya jujur Lala pun ga tahu... Yang Lala tahu cuma terus usaha jalanin
hidup dengan segala upaya sebaik mungkin walau apapun yang terjadi... Intinya, life goes on... Lala nulis ini hanya ingin belajar merefleksikan diri... Menjalani proses pembelajaran hidup yang tak pernah berhenti...
Ga bs dipungkiri betapapun pasang surutnya hidup
dan hubungan kami sebagai Ibu dan anak...Sedalam apapun rasa kecewa Lala sama
Ibu tetep aja ga bisa dipungkiri bahwa dia adalah Ibu kandung Lala,
yang melahirkan Lala dan membesarkan Lala selama ini…
Lala ingat ketika kami cuma cukup uang buat beli
sepiring nasi goreng pun dia relain buat Lala, dia rela cuma makan sedikit sampe
dia kurus, sampe dia waktu itu sakit yang menyebabkan sebelah payudaranya
diangkat.. Ketika Ibu dioperasi pun Lala ga bs nemenin karena ujian... Jujur,
sebenernya Lala sedih... Tapi memang dasarnya kita berdua gede gengsi, jadi
kita berdua tetap sok tegar..
Seberapapun sering bertengkar hebatnya Lala sama
Ibu, tapi sejauh yang Lala inget dia selalu berkorban sangat amat banyak
buat Lala... Malam ini disaat beberapa hari lagi Lala akan menikah Lala sadar
betapa durhakanya Lala selama ini... Betapa Lala masih ga bs bales apa2 buat
pengorbanan Ibu... betapa Lala belum bisa bikin dia bahagia...
Lala baru kenal keluarga Ayah lagi saat 2004…
Saat di tahun awal Lala kuliah di ilmu perpustakaan dan informasi UI...
Saat itu Ibu mungkin belum siap... Lala pun ga
tahu apakah sesungguhnya Lala juga siap… Tapi Lala percaya bahwa Allah
YangMahaTahu kapan waktu yang tepat untuk mempersiapkan kami untuk kembali
menjalin silaturahim yang sempat terputus ini... Lala ga inget dan ga mau tahu
alasan apa yang pernah terjadi hingga hubungan itu sempat merenggang... Yang Lala
tahu, ini waktu Lala untuk lebih lela legawa menerima keluarga baru, orang2
yang dekat dihati Ayah dan patut Lala sayangi dan hormati…
Setelah itu terlihat jelas bahwa perlahan Ibu
terlihat merelakan Lala biar kembali dekat dengan orang2 yang insyaAllah
mencintai Lala karena kecintaan mereka yang ga pernah habis terhadap sosok
Ayah... Setiap lebaran Lala diizinkan untuk merayakan lebih dulu dengan
keluarga Ayah... betapapun ketika dipikirkan ulang berkali-kali, orang yang
semestinya Lala mintakan maaf saat Hari Raya adalah Ibu…Dengan besar hati Ibu
bilang "Mereka keluargamu, keluarga dari Ayahmu, kamu harus baik sama
mereka… Ibu udah menjadi oranglain karena Ayah udah ga ada, tugas dan tanggung
jawab Ibu hanya ngebesarin kamu..."
Betapapun keras dan hebatnya pertengkaran kami,
betapapun kadang Lala amat membencinya, tapi Lala yakin dan percaya bahwa jauh di lubuk hatinya
Ibu adalah orang yang baik... "Gapapa, kamu udah tiap hari sama Ibu, kamu
cuma setahun sekali sama keluarga Ayah..." itu ucapan Ibu ketika membesarkan
hati Lala saat dicemooh orang kenapa Lala ga berlebaran sama Ibu…
Lebaran demi lebaran pun berlalu... Dan tahun
ini adalah lebaran ke-9 setelah Lala memulai kembali hubungan dengan keluarga
Ayah... Di lebaran ini Lala datang bersilaturahmi bersama Budi... Lala kenalkan
lelaki pilihan Lala ke sanak saudara di Bandung... Memohon maaf, pengampunan,
sekaligus do'a dan restu agar pernikahan kami kelak menjadi berkah agar dapat
menjadi keluarga sakinah yang langgeng berjodoh hingga maut memisahkan..
Dan di saat itulah Lala dihadapkan pada situasi
yang membuat Lala sedih... Situasi dimana Lala salah karena harus memilih
cinta... Dimana sesungguhnya mereka semua Lala cintai.. Lala sadar Lala tidak
dapat membahagiakan semua orang... Lala sadar Lala salah... kalaulah ada cara
yang tepat hingga dapat membuat Lala dimaafkan tentu segalanya akan
Lala upayakan.. Namun entah apa akan dapat cukup berarti mengobati luka..
Lala
mohon ampun dan mohon maaf.. Maaf karena telah menyakiti dan mengecewakan Tante
khususnya dan keluarga besar Ayah pada umumnya sebagai orang2 yang tulus
ingin membantu Lala.. Maaf jika Lala akhirnya memilih untuk menuruti Ibu untuk
mengadakan lamaran di rumah Uwa, kakak dari Ibu...
Ibu merasa bahwa ini adalah salah satu tugasnya
sebagai orang tua, yakni menikahkan Lala... Maka dengan seadanya
dan semampunya Ibu ingin berusaha untuk menikahkan Lala... Sungguh berat dan
sedihnya Lala untuk memilih... Meskipun mungkin jika seandainya lamaran Lala diadakan di
tempat Tante, tentunya Lala pasti tidak akan kerepotan... Tapi ketika Lala
coba untuk mengingat setiap jerih payah Ibu selama ini dan ketika Budi
mengingatkan bahwa ridho orang tua adalah syarat mutlak untuk keberkahan hidup,
maka Lala terpaksa membuat Tante kecewa, sekalipun sesungguhnya Lala sama
sekali ga bermaksud demikian.. Sama sekali ga terbersit untuk menyakiti
siapapun untuk hari bahagia Lala...
Malah sebenarnya pada awalnya Lala berencana
ingin berusaha untuk adil dengan cara menyelenggarakan lamaran sesuai keinginan
Ibu dan mengadakan pengajian sebelum pernikahan di tempat Tante... Tapi
kenyataannya tidak seindah rencana Lala... Kenyataannya Lala sadar kalau Tante
pun memiliki banyak sekali kesibukan dan kegiatan lainnya... Kenyataannya
sulit sekali untuk mengatur waktu agar bisa menghubungi Tante di saat yang
tepat… Saat keadaan Tante mungkin sedang tidak kelelahan karena habis
mengawasi tukang seharian ataupun karena habis rapat & pengajian...
Saat Lala bisa memberikan kabar yang bahagia agar ga ikut bikin Tante atau
orang yang mendengar cerita Lala ga ikut sedih, pusing, atau kepikiran soal
keadaan Lala... Lala pengen bener-bener mandiri, dan ketika harus berbagi biar
cuma bahagianya aja yang perlu dibagi... Betapa Lala sesungguhnya kagum sama kegiatan
Tante dan ga berani untuk menyela waktu Tante...
Lala sadar Lala salah, Lala sudah menyakiti,
Lala sudah mengecewakan... Tapi sekali lagi Lala mohon maaf yang
sebesar-besarnya... Lala dan Budi bertekad ga pengen membuat siapapun jadi
susah demi kami... Lala & Budi sadar bahwa ini adalah ujian kami
berdua, acara kami berdua, maka sepantasnya kami berdua pulalah yang berusaha
menyelesaikan tiap kendalanya... Kami berdua bertekad tidak ingin menyulitkan
orang lain... Walau tentunya kami berdua pun tidak memungkiri dan tidak munafik
serta selalu senang hati jika ada yang membantu.. Tapi kami berdua berusaha
sebisa mungkin agar tidak mengganggu atau mengusik dengan meminta
pertolongan... Lala tahu pasti akan terdengar klise… Tapi dengan latar belakang
Lala & budi yang memang terbiasa menjadi sandaran keluarga, menjadi
orang yang dipercaya bisa menghadapi masalah sendiri (karena Lala anak tunggal
& Budi pun cowo satu2nya) maka Lala & Budi pun pengennya bisa
sama2 belajar untuk menghadapi ini semua meskipun ga jarang menyebabkan kami
jadi bersitegang...
Lala pribadi sama sekali ga ingin membuat diri
Lala merasa benar dengan langkah yang udah Lala lakuin yang secara ga langsung
membuat keluarga Ayah kecewa... Oleh karena itu Lala ingin minta maaf sekali
lagi... Lala cuma pengen membuat Ibu bahagia di antara beratus juta dosa dan
kecewa yang selalu Lala perbuat kepada Ibu hingga Lala bisa tumbuh sebesar
ini...
Lala ga bisa membuat semua orang bahagia... ga
bisa membuat semua orang senang dengan Lala secara pribadi maupun atas segala
sifat dan tindakan yang Lala lakukan… Lala ga bisa menuntut semua orang untuk
mengerti dan paham keadaan Lala… Lala hanya bisa mendoakan semoga Allah
memberikan rezeki dan keberkahan senantiasa tercurah kepada seluruh keluarga,
kerabat dan sanak saudara tanpa terkecuali yang telah memberi doa dan restu
untuk Lala & Budi... Aamiin
Sampai detik ini ketika Lala nulis curahan hati
Lala ini Lala sama sekali tidak merasa jadi anak yang udah bisa membanggakan dan membahagiakan
kedua orang tua khususnya atau keluarga dan kerabat secara umum...
Lala tetaplah Lala, yang rela dan senang hati
menjadi badut & bulan2an agar orang senang di dekat Lala... Tetap
seorang manusia naif yang masih perlu belajar banyak hal dalam hidup…
Semoga ujian ini menjadi pembelajaran yang baik
dalam hidup… :)