Considering about tolerance, privacy and freedom

Considering about tolerance, privacy and freedom


Dalam segala aspek kehidupan ini kita berbagi. Tampaknya tiada satu hal pun dalam dunia ini yang mutlak dimiliki oleh diri kita sebagai seorang individu manusia di muka bumi ini. Dari mulai raga yang kita miliki, udara bebas yang kita hirup sehari-hari sampai dengan ruh dalam jiwa kita tidak ada yang mutlak kita miliki. Yah, pada dasarnya sedari lahir kita memang di anugerahi dan fasilitasi dengan segala hal yang dipinjamkan oleh Allah kepada kita. Kita, sebagai individu manusia tentu saja harus dengan lela legawa untuk berbagi dengan segala ciptaannya untuk mencapai keseimbangan alam semesta, baik dalam mikroorganisme tak kasat mata sampai dengan mahluk dengan akal budi paling sempurna lainnya. 

Berbicara tentang berbagi nampaknya terlalu sombong apabila kita si mahluk serba titipan ini tidak mau melakukannya. Terbersit sejenak di dalam pikiran gw bahwa jelas kita mutlak dituntut untuk selalu berbagi dalam segala hal dalam hidup ini. Dalam agama saja jelas ada ketentuan untuk sedikit berbagi dalam tiap 5 waktunya, sejenak diberi waktu untuk bersyukur, berkeluhkesah, berdiskusi atau bahkan sejenak bertegursapa dengan yang MahaKuasa. Dalam kehidupan sosial-individu sehari-hari pun nampaknya mutlak untuk berbagi, berbagi ruang, waktu, atau bahkan dimensi bersama dengan mahluk ciptaan yang lain. 

Lantas terbersit hal lain dalam pikiran gw, jika segala hal dalam hidup ini mutlak untuk berbagi, lalu kapan kita diberikan kebebasan untuk mengabaikan kepentingan orang lain, meninggalan sejenak toleransi kita demi kebebasan untuk diri kita sendiri, demi keleluasaan untuk tidak membagi diri kita dengan hal lain di muka bumi ini. Sederhananya ialah, kapan seorang manusia memiliki hak untuk bebas/ lepas/ merdeka, dan memiliki hak untuk kebutuhan pribadi yang biasa disebut privasi.

Tempo lalu gw berteriak keras untuk memperjuangkan kebebasan gw, untuk mendapatkan kebahagiaan diri gw, untuk mendapatkan segenap ruang dan waktu yang hanya akan tercurah untuk diri gw sendiri. Gw memutuskan untuk mengekos. Lalu apakah gw mendapatkan kebebasan itu? tidak. Apakah gw mendapatkan privasi itu? tidak. Gw harus berhadapan lagi dengan segala hal yang bernama toleransi. 

Di dalam hal ini gw sama sekal tidak mengeluhkan mengapa gw harus terus bertoleransi terhadap segala hal. Tapi gw justru semakin menyadari dan yakin bahwa toleransi itu adalah sebuah harga mati. Toleransi adalah sesuatu hal yang mutlak di muka bumi ini. Dan lagi-lagi gw harus berkata bahwa terlampau angkuh apabila seorang manusia tidak mau memberikan toleransinya. Karena sebagai mahluk yang paling sempurna karena disertai akal dan pikiran, kita juga dianugrahi sebuah karunia yang tak ternilai harganya, kita diberi hati nurani untuk menyeimbangkan akal dan pikiran kita. Hati nurani lah yang menurut gw paling tidak pelit untuk berbagi, paling mudah untuk memberikan toleransi. Hati nurani lah yang akan membenarkan tindakan yang mungkin ditentang oleh akal dan pikiran berdasarkan asas guna dan manfaat, dengan kandungan nilai prinsipiil yang lebih mendasar.

Kenapa sih gw membahas hal ini?? beberapa saat yang lalu, gw sempat mempertanyakan mengapa gw harus memberikan segala toleransi gw untuk merasa dimanfaatkan dan "diinjak-injak". Beberapa hari gw terus dibenturkan dengan segala ketidaknyamanan di dalam hati gw. Gw terus merasa ada sesuatu hal yang salah. Segenap akal dan pikiran atau bahkan nurani dalam jiwa gw (halaaaah..lebai) meronta, meminta sebuah pembenaran, meminta sebuah kejelasan akan mengapa harus mengalah, harus mencoba mengerti, harus berusaha memahami.

Gw pribadi juga ga ngerti kenapa gw diciptain dengan pemikiran sejlimet ini sampai segitu pentingnya gw harus ngeribetin masalah ini, dan gw bahaaaas pula! (nambah ga penting) Tetapi gw sangat tersentil dengan kenyataan bahwa seorang manusia yang sedang merasa didera dan dicoba, merasa keberatan untuk membagi toleransinya itu, merasa keberatan untuk mau membuka diri untuk berbagi masalahnya, atau bahkan membuka diri untuk mendengar masalah orang lain. Gw paham kalo tiap individu manusia itu dikarunia sifat, sikap, karakter, dan pribadi yang berbeda sehingga untuk segala hal pasti akan menimbulkan aksi dan reaksi berbeda. 

Di sini gw malah ingin mengatakan kalo toleransi itu indaaaah banget. Di tengah segala kegundahan gw, kesedihan gw, kegalauan gw, kegamangan gw, kehampaan gw, dan dengan asa yang rasanya sulit sekali untuk bangkit, gw sungguh amat sangat bersyukur karena mata hati gw tetap dibukakan untuk membiarkan nurani gw bebas menatap makna. Karena dalam segala keterpurukan gw saat ini, gw masih dipercaya untuk membantu diri gw melalui teman-teman gw, dengan mendengarkan kisah-kisahnya (entah berbagi, bertukarpikiran atau hanya mendengarkan) dan memberinya senyuman, semangat serta doa. Gw sungguh amat sangat bersyukur karena melalui hal ini gw bisa belajar banyak hal dari pengalaman kita bersama (mensyukuri bahwa setiap manusia diberikan karunia dan cobaannya masing-masing dengan nasib atau takdir yang berbeda-beda agar terdapat beragam hikmah dan nilai yang dapat kita kais). Gw pikir, rasa-rasanya tidak ada satu mahluk pun yang lebih sial atau lebih beruntung dari yang lainnya, Tuhan benar-benar MahaAdil, semua dberikanNya sesuai dengan porsi, kebutuhan, dan kemampuan kita masing-masing.

Alhamdulillah... thanks God for giving me this freaky complicated mind...

hidup freak!!!yeah!!!wakkakak....

^gilanya kumat abis ngomong yang berat banget^


0 Response to "Considering about tolerance, privacy and freedom"

Post a Comment